Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Triwulan I 2019, Properti Baru Sepi, Pengembang Wait and See

Triwulan I 2019 bisnis properti masih belum menunjukan trend positif. Alih-alih meluncurkan properti baru, penjualan properti tiga bulan terakhir tahun ini terbilang lamban.


Triwulan I 2019 bisnis properti masih belum menunjukan trend positif. Alih-alih meluncurkan properti baru, penjualan properti tiga bulan terakhir tahun ini terbilang lamban. 

Sepanjang Januari hingga Maret 2019, peluncuran proyek dari pengembang terbilang sepi. Padahal, pertumbuhan properti bisa menjadi gambaran pertumbuhan ekonomi negara.

Saat ini, banyak pengembang menahan diri meluncurkan produk-produknya. Sebagian besar pengembang memilih fokus menjual proyek yang sudah dibangun tahun sebelumnya.

Menghadapi tahun politik 2019 menjadi alasan pengembang tidak meluncurkan properti baru.

Dikutip dari laman bisnis.com Rabu 20/3/2019, investasi properti pada tahun politik dinilai segelintir investor harus disikapi sangat hati-hati. Alasannya, ekonomi nasional pada saat itu akan begitu rentan. Belum lagi beragam pengaruh luar negeri yang berpotensi memberi pengaruh kurang baik bagi ekonomi nasional.

Presiden Direktur PT Sentul City Tbk. (BKSL) David Partono menyatakan pada tahun politik banyak konsumen memilih wait and see sehingga permintaan tidak akan tinggi.

“Sikap wait and see historisnya sering terjadi. Tetapi setelah pemilu kita harap ada demand yang tertunda,” katanya.

Permintaan pasar menurun dampak sikap konsumen tersebut yang pada akhirnya menjadi dasar bagi pengembang menahan meluncurkan produk terbaru mereka.

PT Metropolitan Land Tbk. (Metland) termasuk salah satu pengembang yang menahan peluncuran produknya hingga pemilu usai.

Direktur Metland Olivia Surodjo mengatakan penjualan pada awal tahun ini, khususnya untuk proyek-proyek emiten MTLA bergerak agak pelan.

“Awal tahun agak pelan, terkecuali beberapa proyek,” kujarnya.

Awal tahun ini, Metland memfokuskan penjualan proyek-proyek yang ada dan tidak menargetkan pertumbuhan penjualan terlalu jauh dari tahun lalu yang mencapai Rp2,20 triliun. [red]